Notification

×

Iklan

Ayo ke Sawahlunto, Pameran Temporer 'Carito dari Ombilin' Dilaunching UNESCO

Jumat, 14 April 2023 | 16:41 WIB Last Updated 2023-04-14T09:41:00Z

Carito dari Ombilin.

Sawahlunto, Rakyatterkini.com - Walikota Sawahlunto, Deri Asta didampingi Wakil Walikota, Zohirin Sayuti bersama Kordinator Pengembangan Dokumen Interpretasi Warisan Budaya Tambang Ombilin Sawahlunto, UNESCO Office Jakarta, Rizky Fardhyan, Kamis (13/4/2023) membuka Pameran Temporer Carito dari Ombilin, di Museum Goedang Ransoem, Kota Sawahlunto.

Menurut Deri Asta, keberadaan kota ini tidak terlepas dari keberadaan tambang batubara Ombilin dengan penduduknya yang terdiri dari berbagai macam suku dan bangsa.

Perpaduan tersebut hingga kini menjadi hal yang patut kita jaga, hidup rukun dan damai meskipun berasal dari berbagai daerah atau multi etnis, seperti yang dikemukakan oleh berbagai pihak.

“Kami berharap kepada warga yang hadir, jika kita ingin mempromosikan Sawahlunto, kita mesti bersedia menjadi agen yang mampu menceritakan serta menggambarkan tentang Sawahlunto. Sehingga potensi besar ini, dapat lebih terekspose,” ungkap Deri Asta.

“Terimakasih kepada UNESCO beserta Tim dari SEAMS yang telah banyak melakukan berbagai kegiatan, dalam menggali dan mempromosikan Kota Sawahlunto,” imbuhnya.

Sebagai sebuah organisasi pendidikan, keilmuan dan kebudayaan (UNESCO) bentukan dari Perserikatan Bangsa–Bangsa (PBB), telah menetapkan Kota Sawahlunto, sebagai Kota Warisan Dunia.

Untuk menggali, melestarikan, merawat dan mempromosikan kota yang identik dengan tambang batubara underground tertua di Asia Tenggara ini, diperlukan penelitian, pendokumentasian dari berbagai kisah yang bersumber langsung dari anak cucu keturunan buruh tambang batubara Ombilin.

Untuk melihat kekayaan sejarah dan budaya Sawahlunto, tercermin dari berbagai kisah sejarah dari para pelakunya. Karena itu, diperlukan sebuah pameran temporer bertajuk, Carito dari Ombilin.

“Pameran temporer ini, baru untuk pertama kalinya dilaksanakan di Kota Sawahlunto. Rencananya, kegiatan ini akan berlangsung selama enam (6) bulan penuh, dengan mengangkat berbagai kisah, yang dikumpulkan melalui kegiatan penelusuran sejarah secara lisan.

Ini merupakan salah satu kegiatan dalam penyusunan Dokumen Strategi Interpretasi Situs Tambang dan Kota Perusahaan atau Area A Warisan Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (WTBOS),” urai Rizky dari UNESCO Office Jakarta.

Pameran ini terselenggara, atas kerja sama Pemerintah Kota Sawahlunto melalui Dinas Kebudayaan dan UNESCO yang dibiayai langsung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Sains Pemerintah Belanda melalui mitranya, Netherlands Funds-in-Trust Southeast Asia Museum Services (SEAMS).

Sementara itu, Prof. Dr. Erwiza Erman, ilmuwan peneliti utama pada Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang dikenal sebagai ahli sejarah, dalam paparannya menyampaikan arti pentingnya sejarah Sawahlunto. Kehadirannya, membangkitkan kenangannya saat  pertama kali  menginjakkan kaki di kota tambang Sawahlunto.

“Kota yang sangat unik dan saya teringat saat pertama kalinya ke sini, saya mampir makan pecal di pasar Sawahlunto, terdengar warga berbicara dalam bahasa Jawa dan Minang," katanya. 

Mereka mengaku berasal dari keturunan buruh tambang Ombilin yang didatangkan Belanda dari Jawa, Bugis, Madura dan lainnya, sebagai tahanan politik, buruh kontrak dan pekerja bebas. 

“Kota yang berdiri dari perpaduan berbagai etnis, suku, bangsa dan agama yang kesemuanya membaur dan menyatu secara harmonis dan tinggal di Tangsi, tanpa sekat budaya sehingga melahirkan bahasa sendiri, yang saat ini disebut bahasa Tangsi,” ungkap Erwiza. 

Selain keunikan budaya, daerah ini juga dikenal dengan sebutan kota orang rantai, yakni orang–orang yang dikirim oleh Belanda dari berbagai penjara di Indonesia untuk bekerja dalam lobang tambang dengan leher, tangan dan kakinya dirantai. (ris1)


IKLAN



×
Berita Terbaru Update