Jakarta, Rakyatterkini.com– Tak hanya sekadar jalur pendakian, tiga rute alternatif menuju Gunung Semeru ini merupakan cerminan keagungan alam Indonesia yang masih tersembunyi. Puncak Mahameru yang menjulang hingga 3.676 meter di atas permukaan laut selalu memanggil para pendaki untuk kembali merasakan pesonanya.
Selama ini, jalur resmi melalui Ranu Pane – Ranu Kumbolo – Kalimati – Arcopodo hingga Mahameru menjadi favorit para pendaki. Namun, di balik kepopuleran rute utama itu, ada beberapa jalur lain yang tak kalah menawan. Meski belum banyak dikenal, jalur-jalur ini menyuguhkan keindahan alam yang lebih murni dan suasana pendakian yang jauh dari keramaian.
Berikut tiga jalur alternatif menuju Semeru yang menyimpan pengalaman luar biasa bagi para pencinta petualangan:
1. Jalur via Burno – Ngampo – Ranu Kumbolo (Lumajang)
Titik Awal: Desa Burno, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur
Durasi: Sekitar 10–12 jam hingga Ranu Kumbolo
Status: Belum resmi, perlu izin khusus dan pemandu lokal
Mengapa jalur ini jarang digunakan?
Jalur Burno belum dikelola secara resmi oleh pihak Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Hanya dikenal di kalangan warga sekitar dan tim konservasi, rute ini masih sangat alami dan minim informasi publik.
Keistimewaannya:
Melewati hutan tropis yang rapat, suara burung dan hewan liar, serta kabut tipis yang menggantung menjadikan jalur ini terasa magis. Pendaki akan merasakan atmosfer seperti petualangan di masa lampau—tenang, liar, dan begitu menyatu dengan alam. Dari sudut jalur ini, Ranu Kumbolo terlihat lebih megah dan pribadi.
2. Jalur via Gubugklakah – Jambangan – Ayek-Ayek (Malang)
Titik Awal: Desa Gubugklakah, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang
Durasi: Sekitar 10–13 jam menuju Kalimati
Status: Tidak resmi, cocok bagi komunitas pendaki dan penjelajah berpengalaman
Mengapa belum banyak dikenal?
Jalur ini bukan jalur komersial dan tidak memiliki pos pendakian tetap. Umumnya digunakan oleh komunitas ekspedisi yang ingin menjajal rute menantang dari arah barat laut.
Keunikan jalurnya:
Lansekap yang dilalui sangat beragam—dari ladang warga, tebing alami, hingga sungai kecil yang harus diseberangi. Di kawasan Ayek-Ayek, terdapat lembah tersembunyi yang dipenuhi vegetasi lebat dan suara alam yang menenangkan. Pendakian melalui rute ini menawarkan ketenangan dan nuansa eksplorasi sejati.
3. Jalur via Argosari – Ranu Tompe – Ranu Kumbolo (Senduro)
Titik Awal: Desa Argosari, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang
Durasi: Sekitar 12–14 jam hingga Ranu Kumbolo
Status: Jalur eksplorasi, minim fasilitas, wajib didampingi pemandu lokal
Mengapa nyaris terlupakan?
Jalur ini melewati Ranu Tompe—danau tersembunyi yang hanya dikenal oleh segelintir pendaki. Medannya sangat sulit, penuh semak dan jalan setapak kecil, serta nyaris tak memiliki sinyal. Tak heran jika jalur ini jarang dijajal oleh pendaki umum.
Daya tarik utama:
Perjalanan ini seperti memasuki alam liar yang belum dijamah manusia. Hutan berkabut, kicau burung liar, dan kejernihan Ranu Tompe menciptakan pengalaman mendaki yang sangat personal dan penuh nuansa spiritual. Tak berlebihan jika Ranu Tompe dijuluki “danau terlupakan.”
Catatan Penting Sebelum Menjajal Jalur Alternatif
Jalur-jalur ini tidak disarankan untuk pemula
Wajib membawa pemandu lokal atau pendamping dari komunitas pendaki berpengalaman
Tetap memerlukan izin dari TNBTS atau perangkat desa terkait, meskipun jalur tidak resmi
Bawa logistik tambahan karena keterbatasan sumber air dan panjangnya medan
Lakukan pendakian saat cuaca benar-benar bersahabat untuk menghindari bahaya dari jalur licin dan curam
Tiga jalur alternatif ke Semeru ini memang menantang, tapi justru itulah daya tariknya. Mereka menawarkan pengalaman yang lebih autentik, sunyi, dan jauh dari keramaian. Bagi pendaki yang sudah menaklukkan Ranu Pane, inilah saatnya mengeksplorasi Semeru dari sisi yang lebih liar dan magis.(da*)