Paris, Rakyatterkini.com– Gelombang panas ekstrem yang melanda Eropa memaksa sejumlah negara mengambil tindakan darurat guna melindungi warganya dari risiko cuaca yang tak biasa. Di Italia, pemerintah memberlakukan pembatasan terhadap aktivitas luar ruangan, sementara Prancis terpaksa menutup hampir 1.900 sekolah demi keselamatan siswa.
Di Spanyol, otoritas mencatat bulan Juni 2025 sebagai yang terpanas dalam sejarah. Pada Selasa (1/7/2025), suhu di berbagai kota melampaui 40 derajat Celsius, termasuk di Trento, Italia. Beberapa wilayah di Prancis juga mencatat suhu antara 40 hingga 41 derajat, yang diperkirakan menjadi puncak dari gelombang panas ini menurut lembaga prakiraan cuaca Meteo France.
Laporan dari Layanan Perubahan Iklim Copernicus milik Uni Eropa menyebutkan bahwa suhu di Benua Eropa meningkat dua kali lebih cepat dibandingkan rata-rata global, menjadikannya kawasan yang paling cepat mengalami pemanasan di dunia.
Clare Nullis, juru bicara Organisasi Meteorologi Dunia, menyoroti bahwa yang membuat gelombang panas kali ini istimewa adalah waktunya yang terjadi sebelum musim panas mencapai puncaknya di Eropa.
Peringatan Kesehatan dan Dampaknya
Seiring meningkatnya suhu, beberapa negara mengeluarkan peringatan kesehatan. Serikat pekerja di Italia mengaitkan kematian seorang buruh konstruksi di dekat Bologna pada Senin (30/6/2025) dengan cuaca ekstrem ini. Italia bahkan menetapkan peringatan merah gelombang panas untuk 17 kota besar, termasuk Roma dan Milan, serta melarang pekerjaan luar ruangan saat matahari berada di puncak teriknya.
Lonjakan penggunaan pendingin udara menyebabkan gangguan listrik di beberapa wilayah, termasuk pusat Kota Florence dan Kota Bergamo di utara. Di Sisilia, seorang wanita penderita penyakit jantung dilaporkan meninggal saat berjalan kaki di tengah cuaca terik di kota Bagheria.
Sementara itu di Barcelona, otoritas setempat sedang menyelidiki apakah kematian seorang petugas kebersihan akhir pekan lalu berkaitan dengan suhu ekstrem. Di Malaga, Palang Merah menyediakan “tempat perlindungan iklim” berpendingin udara untuk membantu warga menghindari panas yang berlebihan.
Kebakaran Hutan Meluas
Kondisi cuaca yang kering dan panas juga memicu kebakaran hutan besar di Turki, yang menyebabkan sekitar 50.000 orang harus dievakuasi. Api melalap wilayah sekitar Kota Izmir serta provinsi Manisa dan Hatay. Menurut Gubernur Suleyman Elban, kebakaran bermula pada Minggu (29/6/2025) di antara distrik Seferihisar dan Menderes, kemudian menyebar cepat akibat angin kencang yang mencapai 117 km/jam.
Upaya pemadaman melibatkan ratusan personel, helikopter, pesawat pemadam, serta kendaraan darat. Dalam beberapa tahun terakhir, wilayah pesisir Turki memang kerap mengalami kebakaran hebat, yang oleh para ahli dikaitkan dengan meningkatnya suhu akibat perubahan iklim.
Kebakaran juga terjadi di Prancis, tepatnya di kawasan Corbieres, Aude, yang memaksa evakuasi tempat perkemahan dan biara. Pekan sebelumnya, petugas pemadam kebakaran Yunani juga berjibaku melawan api di pesisir selatan Athena, yang menyebabkan evakuasi di sejumlah titik.
Sementara itu, bagian selatan Portugal, termasuk ibu kota Lisbon, berada dalam status peringatan merah hingga Senin malam, menurut laporan Institut Portugis untuk Laut dan Atmosfer.
Para ilmuwan menegaskan bahwa pemanasan global yang kini terjadi dipicu oleh emisi gas rumah kaca hasil pembakaran bahan bakar fosil, diperparah oleh deforestasi dan aktivitas industri. Tahun 2024 tercatat sebagai tahun terpanas dalam sejarah bumi, dan tren tersebut tampaknya belum akan mereda.(da*)