Jakarta, Rakyatterkini.com – Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali menunjukkan peningkatan aktivitas vulkanik. Dalam rentang waktu enam jam pada Jumat (4/7/2025) dini hari, tercatat 66 kali letusan terjadi antara pukul 00.00 hingga 06.00 WITA.
Letusan disertai suara gemuruh dengan intensitas lemah hingga sedang, serta lontaran material pijar yang menyebar di sekitar kawah. Asap tebal berwarna putih, kelabu, hingga hitam tampak membubung setinggi 200 hingga 400 meter dari puncak.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), melalui Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Ile Lewotolok, melaporkan bahwa visual gunung terlihat cukup jelas, meski kadang tertutup kabut tipis. Asap yang keluar dari kawah bertekanan lemah dan berwarna putih, dengan intensitas tipis hingga sedang, mencapai ketinggian 50–100 meter dari kawah.
"Gunung tampak jelas hingga tertutup kabut ringan. Terpantau asap putih bertekanan lemah dengan intensitas ringan hingga sedang," ujar Petugas PGA Ile Lewotolok, Stanislaus Ara Kian, Jumat (4/7/2025).
Pada saat erupsi berlangsung, cuaca di sekitar gunung dilaporkan cerah. Angin berembus pelan ke arah barat dan barat laut dengan suhu udara berkisar antara 22 hingga 23°C.
Selain aktivitas erupsi, pos pengamatan juga mencatat sejumlah kegempaan vulkanik, termasuk 66 kali letusan dengan amplitudo 15,5 hingga 55,8 mm dan durasi gempa antara 25 hingga 39 detik. Aktivitas lainnya mencakup 30 kali embusan dan satu kali tremor non-harmonik berdurasi 320 detik dengan amplitudo 7,8 mm.
Hingga kini, status Gunung Ile Lewotolok masih berada pada Level III atau Siaga. Warga, pendaki, maupun wisatawan diimbau untuk tidak melakukan aktivitas dalam radius 3 kilometer dari pusat erupsi.
PVMBG juga memperingatkan adanya potensi bahaya guguran material pijar serta awan panas, terutama ke arah selatan, tenggara, barat, dan timur laut gunung.
Jika terdengar suara gemuruh atau dentuman keras dari arah kawah, masyarakat diminta tetap tenang karena hal itu merupakan bagian dari proses erupsi. “Dentuman keras bisa menimbulkan getaran kuat yang dirasakan hingga ke bangunan, terutama jendela kaca dan pintu,” jelas Stanislaus.
Warga sekitar juga disarankan menggunakan masker dan pelindung diri untuk menghindari gangguan pernapasan akibat abu vulkanik.
Khusus bagi penduduk yang bermukim di lembah atau sepanjang aliran sungai yang berhulu dari gunung, perlu mewaspadai ancaman lahar, terutama saat musim hujan. Koordinasi terus dilakukan antara masyarakat, pemerintah daerah, Pos Pengamatan Gunung Api di Desa Laranwutun, Kecamatan Ile Ape, serta PVMBG di Bandung untuk mengantisipasi potensi bencana lebih lanjut.(da*)