Notification

×

Iklan

PalmCo Ungkap Strategi Transformasi dan Digitalisasi Sawit

Sabtu, 17 Mei 2025 | 13:33 WIB Last Updated 2025-05-17T06:33:00Z

Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara IV PalmCo, Jatmiko Santosa


Jakarta, Rakyatterkini.com – Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara IV PalmCo, Jatmiko Santosa, mengungkapkan secara detail proses transformasi yang tengah dijalankan perusahaannya saat tampil dalam Palmex Indonesia 2025, yang berlangsung di Jakarta International Expo (JIEXPO) pada Kamis, 15 Mei 2025.

Dalam perhelatan internasional yang mempertemukan pelaku industri sawit dan regulator global tersebut, Jatmiko mempresentasikan transformasi PalmCo dengan mengusung tema *Enhancing Productivity While Maintaining Sustainability Standards in Palm Oil Plantation*.

Di awal pemaparannya, Jatmiko menjelaskan bahwa proses transformasi PalmCo bermula dari keputusan pemerintah pada Desember 2023 yang menyatukan beberapa entitas PT Perkebunan Nusantara menjadi satu entitas besar bernama PTPN IV PalmCo. Proses penggabungan ini memicu perubahan besar dalam aspek sistem kerja, budaya perusahaan, hingga operasional di lapangan.

"Kami dihadapkan pada tantangan besar, seperti perbedaan budaya kerja, sistem manajemen yang belum terintegrasi, serta fakta bahwa sektor ini sangat mengandalkan tenaga manusia. Transformasi kami harus dilakukan secara menyeluruh dari hulu ke hilir," ungkap Jatmiko.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa PTPN IV PalmCo kini menjadi perusahaan perkebunan kelapa sawit dengan luas lahan terbesar secara global. Aset perusahaan tersebar di berbagai daerah, mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, hingga sebagian kecil di Papua.

Namun, menurutnya, keberhasilan pengelolaan tidak semata bergantung pada luas lahan atau kondisi alam, melainkan sangat bergantung pada manusia—bagaimana sumber daya dikelola secara arif dan tanaman dirawat dengan penuh tanggung jawab.

Sebagai bagian dari transformasi tersebut, PalmCo mengintegrasikan teknologi dalam seluruh proses bisnis. Salah satu inovasinya adalah PalmCo Business Cockpit, platform digital berbasis ERP SAP yang menggabungkan seluruh data operasional sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara cepat dan tepat.

“Platform ini kami desain sebagai sumber data tunggal yang kredibel untuk mendukung keputusan manajemen secara akurat dan transparan,” jelasnya.

PalmCo juga memainkan peran strategis sebagai perusahaan negara yang mendukung kepentingan masyarakat. Salah satunya adalah keterlibatan aktif dalam Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Pemerintah menargetkan PalmCo untuk membantu proses replanting seluas 60.000 hektare hingga 2026, yang ditujukan untuk mendukung sekitar 120.000 petani dan keluarganya.

Sampai tahun ini, PalmCo telah berhasil mengeluarkan rekomendasi untuk sekitar 20.000 hektare lahan dalam program PSR bersama para petani mitra.

"Transformasi yang kami lakukan tidak bisa berjalan tanpa kolaborasi dengan masyarakat, khususnya petani sawit. Karena itu, kami juga mendorong penggunaan bibit unggul bersertifikat untuk menggantikan bibit palsu demi meningkatkan hasil panen petani," kata Jatmiko.

Ia menegaskan bahwa langkah ini menguntungkan semua pihak. Petani akan mendapatkan hasil panen yang lebih baik dan pendapatan meningkat, sedangkan pihak industri akan memperoleh Tandan Buah Segar (TBS) berkualitas tinggi, yang berpengaruh langsung terhadap efisiensi dan produktivitas pabrik.

Tak hanya itu, PalmCo juga mendorong pemberdayaan pelaku UMKM lokal melalui penyediaan alat panen. Di salah satu regional perusahaan, sebagian alat panen kini diproduksi oleh pengrajin lokal yang tergabung dalam koperasi binaan.

PalmCo juga mencatat kemajuan dalam agenda dekarbonisasi dan ekonomi sirkular. Hingga saat ini, perusahaan telah mengoperasikan 11 unit Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) dengan total kapasitas 12,05 MW.

Ke depannya, PalmCo berencana membangun 29 unit fasilitas Bio-CNG hingga tahun 2030 dan satu unit Sustainable Aviation Fuel (SAF) yang ditargetkan beroperasi pada 2027.

“Kami juga baru-baru ini mendapat penghargaan dari Menteri Lingkungan Hidup atas pencapaian salah satu unit kami di KS Lubuk Dalam, Siak, Riau—yang menjadi perusahaan perkebunan pertama di Indonesia yang memperoleh Sertifikat Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (SPE-GRK). Ini merupakan bentuk pengakuan terhadap komitmen kami dalam menjalankan agenda dekarbonisasi,” ungkap Jatmiko.

Ia menambahkan, upaya ini tidak hanya berdampak positif dalam menurunkan emisi karbon, tetapi juga memperkuat citra industri kelapa sawit Indonesia, khususnya di mata pasar global seperti Eropa.

“Dekarbonisasi sangat penting untuk menunjukkan bahwa industri sawit Indonesia peduli terhadap kelestarian lingkungan dan siap bersaing di pasar global yang makin ketat,” tutupnya.(da*)


IKLAN



×
Berita Terbaru Update