Notification

×

Iklan

Langgam Sutera dalam Acara Babako, Ini yang Dilakukan Gabungan Siswa-siswi SMK di Pessel

Rabu, 24 Mei 2023 | 07:54 WIB Last Updated 2023-05-24T00:54:59Z

Acara babako yang ditampilkan gabungan siswa-siswi SMK di Pesisir Selatan.

Pessel, Rakyatterkini.com - Gabungan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Pesisir Selatan, Sumatera Barat adakan praktik kebudayaan dan kearifan lokal budaya Minangkabau, Selasa (23/5/2023). 

Ini merupakan projek penguatan profil belajar Pancasila, sebagaimana yang tercantum dalam kurikulum merdeka (P5) untuk peserta didik.

Kegiatan itu berpusat di SMKN 1 Sutera, diikuti oleh 90 siswa-siswi SMK di Pesisir Selatan, di bawah naungan Kacabdin Wilayah VII Sumbar, dengan tema yang diusung 'Kearifan Lokal Budaya Minangkabau Menggunakan Langgam Sutera dalam Acara Babako'. 

Kepala Sekolah SMKN 1 Sutera, Lili Suryati mengatakan, kegiatan ini merupakan kegiatan dari Dinas Pendidikan Sumatera Barat (Sumbar) untuk seluruh cabang mulai dari 1-8 wilayah Kacabdin yang ada. 

Untuk wilayah 7 Pesisir Selatan, dipusatkan di SMKN 1 Sutera sebagai tuan rumah untuk seluruh SMK yang ada di Pesisir Selatan. 

"Karena totorial jarak antara satu sekolah dengan sekolah yang lain. Maka ditunjuklah oleh dinas kita sebagai tuan rumah," sebutnya pada Kuranah.com, Selasa (23/5/2023). 

Disampaikannya, projek penguatan profil belajar pancasila, yang tercantum dalam kurikulum merdeka (P5) salah satunya masuk tentang kebudayaan.

"Nah, karena masuk salah satu tentang kebudayaan. Sebab kita diminang, maka diberikanlah pengetahuan tentang adat dan budaya minang kabau,"ungkapnya. 

Dijelaskan, kegiatan tersebut berlangsung selama dua hari mulai dari Senin sampai Selasa. Untuk hari pertama kegiatan berfokus memberikan materi tentang kebudayaan dan adat minang kabau mulai sejak anak lahir hingga meninggal. 

Untuk materinya fokus memberikan pengetahuan atau materi kepada siswa tentang lambang dan simbol adat minang kabau serta tatacara adat mulai sejak anak lahir sampai orang meninggal, dan petatah petitih adat. 

Kemudian untuk sesi praktik sambung Lili Suryati, yaitu acara adat babako menggunakan langgam di Kecamatan Sutera, dimana diketahui tata cara adat yang ada di Pesisir Selatan itu berbeda disetiap kecamatan yang ada. 

Acara puncaknya dibidang praktik yaitu babako langgam Sutera, dan itu dipilih dari seluruh tata cara adat dari lahir sampai meninggal tadi. 

Dalam praktik acara adat babako setiap siswa yang ditunjuk dari perwakilan SMK yang ada dilibatkan secara langsung seperti, ada yang dijadikan pasangan marapulai dan anak daronya. 

Selain itu, juga dipraktekkan bagai mana berarak-arakkan seperti acara baralek babako yang sebenarnya, selayaknya acara baralek babako seperti apa yang sebenarnya biasa dilakukan oleh warga Sutera. 

Dengan adanya kegiatan ini harapnya, siswa memang bisa mengerti dan paham dari sejak dini mengenai adat dan budaya Minangkabau. Begitu juga dengan bagai mana cara berpetata petitinya orang minang kabau. 

Sementara itu, Radmil Analis Kurikulum Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sumatera Barat (Sumbar) mengatakan, kegiatan kebudayaan yang termasuk dalam kurikulum P5 ini dilakukan kali kedua di Sumbar, tema adat yang pertama dilaksanakan di Pasaman.  

Untuk di Pesisir Selatan kegiatan seperti ini yang kedua dan akan diadakan di wilayah Kacabdin di seluruh Sumbar lainnya, kata Radmil. 

Menurutnya, dengan adanya tentang kebudayaan dalam kurikulum P5 sangat memberikan dampak positif bagi perkembangan dan menjaga adat dan budaya minang di Sumbar. 

Sebab, sejauh ini dampak moderenisasi sangat berpengaruh pasar dan mulai menguras pengetahuan dan perkembangan kearifan lokal dan adat serta budaya minang. 

"Harapan kita bagai mana adat dan budaya Minang terus kokoh dan bisa d pertahankan, dan pemerintah provinsi sudah mempersiapkannya dan memfasilitasi hal itu melalui kurikulum P5," ujarnya. 

Melihat kegiatan babako yang telah terlaksana di sini, ungkapnya, ada pelajaran dan pengetahuan baru tentang ragam dan adat budaya Minangkabau. 

"Seperti diketahui, ternyata di berbagai kabupaten di Sumbar sangat banyak perbedaan mulai dari tata cara adat, langgamnya dan juga bahasa. Kalau untuk bahasa sudah Pergubnya, dimana wajib semua berhasa Minang selama satu hari di seluruh sekolah di bawah naungan provinsi, begitupun ketika proses belajar mengajar," ucapnya. 

Kini tinggal babagaimana pihak pemerintah daerah melalui guru-guru, tokoh adat dan unsur masyarakat lainnya membenahi atau membenarkan setiap tata cara adat, sejarah dan bahasa adat budaya dari minang kabau. 

"Karena pengetahuan siswa masih minim, kita tinggal meluruskan bagaimana khas dan asli dari budaya dan adat Minangkabau ini." (baron)


IKLAN



×
Berita Terbaru Update