Padang, Rakyatterkini.com – PT Semen Padang, anak perusahaan PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG), bekerja sama dengan Pemerintah Kota Padang dan Universitas Andalas untuk menguji pemanfaatan larva Black Soldier Fly (BSF) atau maggot sebagai pakan alternatif bagi ikan nila. Inisiatif ini merupakan bagian dari program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang bertujuan mendukung pengelolaan sampah organik serta memperkuat ketahanan pangan.
Hadir dalam kegiatan tersebut antara lain Kepala Dinas Perikanan dan Pangan Kota Padang, Alfian, Kabid Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sumatera Barat, Nopianti, perwakilan Dinas Lingkungan Hidup Kota Padang, akademisi Departemen Biologi FMIPA Universitas Andalas, Dr. Resti Rahayu, serta Kepala Seksi TJSL Unit CSR PT Semen Padang, Edi Fahrizal.
Uji coba dilakukan di kolam milik Pokdakan Lubuk Tampurung Indah di Kecamatan Kuranji, Kota Padang, yang melibatkan empat jenis pakan yang berbeda. Program ini juga merupakan pengembangan dari Rumah Sentra Budidaya Maggot BSF yang telah dibangun oleh Semen Padang sebagai solusi pengolahan limbah organik.
Kepala Dinas Perikanan dan Pangan Kota Padang, Alfian, menyambut baik inisiatif ini, dengan menyatakan bahwa tingginya harga pakan ikan menjadi hambatan besar bagi para pembudidaya. "Adanya pakan alternatif ini sangat membantu dan dapat memberikan solusi yang lebih berkelanjutan," ujarnya.
Iskandar Z. Lubis, Kepala Departemen Komunikasi & Hukum PT Semen Padang, menambahkan bahwa program ini dijalankan sesuai dengan Peraturan Menteri BUMN mengenai TJSL dan berlandaskan prinsip ISO 26000. "Kami ingin memberikan dampak sosial dan lingkungan yang positif dan berkelanjutan, sekaligus mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB)," tuturnya.
Sementara itu, Edi Fahrizal, Kepala Seksi TJSL Unit CSR PT Semen Padang, menjelaskan bahwa inti dari program ini adalah mengubah limbah organik menjadi maggot, yang kemudian digunakan sebagai pakan ikan bernilai ekonomis. "Ini merupakan bagian dari siklus pengolahan sampah kota menggunakan maggot. Jika hasil uji coba menunjukkan bahwa maggot lebih efisien, pakan ini bisa menjadi solusi permanen atas tingginya harga pakan komersial," jelasnya.
Uji coba ini membandingkan empat jenis pakan, yaitu 100% pakan komersial, 100% pakan Gerpari (tepung roti, susu kedaluwarsa, ampas tahu, pelet), 100% pelet Kito Semen Padang (Pelkito SP, yang berbahan dasar maggot, roti, dan susu), serta kombinasi 50% pakan komersial dan 50% maggot segar.
Dr. Resti Rahayu dari FMIPA Universitas Andalas mengungkapkan bahwa percobaan dilakukan di 12 kolam berukuran 1x1 meter selama 45 hari, dengan masing-masing kolam diisi 20 ikan nila berbobot 100–125 gram dan diulang tiga kali untuk memastikan validitas data. "Keberhasilan diukur melalui perbandingan pertambahan bobot ikan dan biaya yang dikeluarkan," ujarnya.
Dr. Resti Rahayu juga menambahkan bahwa jika uji coba penggunaan maggot sebagai pakan ikan nila tidak menunjukkan hasil yang optimal, maka eksperimen akan dialihkan untuk uji coba penggunaan maggot sebagai pakan unggas.
Perwakilan Pokdakan, Mikrizal, berharap uji coba ini dapat memberikan akses pakan yang lebih terjangkau bagi para pembudidaya. Selain mendukung para pembudidaya, program ini juga sejalan dengan visi pemerintah daerah dalam mengurangi sampah organik serta mendukung program darurat sampah.
Inisiatif ini juga mendukung Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, yang menekankan pentingnya ketahanan pangan dan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.(da*)