Jakarta, Rakyatterkini.com - Amerika Serikat (AS) mendesak Israel untuk membuka blokade yang telah diberlakukan terhadap Jalur Gaza sejak 2 Maret lalu, yang menghambat masuknya bantuan kemanusiaan seperti makanan, obat-obatan, dan bahan bakar.
"Kami ingin bantuan terus mengalir. Kami berharap pasokan dan bantuan kemanusiaan dapat dilanjutkan asalkan pengiriman dilakukan dengan aman, tanpa adanya penjarahan atau pencurian," ujar Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Tammy Bruce, sebagaimana dilaporkan oleh Anadolu pada Jumat (2/5/2025).
Bruce menambahkan bahwa pemerintah AS tengah berusaha mengatasi berbagai tantangan logistik dan keamanan yang menghalangi operasi bantuan ke Gaza. Peningkatan kasus penjarahan bantuan menandakan betapa buruknya kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut.
"Ada standar tertentu yang harus dipenuhi untuk mengirimkan bantuan ke zona konflik. Menurut saya, standar itu tidak terlalu tinggi," jelasnya. "Namun, apa yang kita lakukan saat ini? Presiden Amerika Serikat juga terlibat langsung dalam upaya ini."
Sebelumnya, Presiden Donald Trump juga menyampaikan pesan kepada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk memperlakukan dengan baik warga Gaza yang menderita akibat pengepungan tersebut. "Mereka sedang menderita. Kita harus bersikap baik terhadap Gaza. Kita akan mengurusnya. Ada kebutuhan yang sangat besar akan obat-obatan dan makanan, dan kami akan menanganinya," ungkap Trump.
Sementara itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menegaskan bahwa upaya kemanusiaan di Gaza sangat terbatas akibat intensifikasi operasi militer Israel. Saat ini, lebih dari 423.000 warga Palestina terpaksa mengungsi tanpa tempat yang aman.
Serangan Israel terhadap Gaza kembali dilancarkan pada 18 Maret, mengakhiri gencatan senjata pertama yang berlangsung sejak 19 Januari.
Lebih dari 52.400 warga Gaza, sebagian besar perempuan dan anak-anak, telah tewas akibat serangan brutal Israel sejak 7 Oktober 2023.
Kondisi Kelaparan yang Memprihatinkan
Direktur kantor media Gaza, Ismail Thawabteh, mengungkapkan bahwa kondisi di Jalur Gaza semakin memburuk dengan adanya kelaparan tingkat lanjut akibat penutupan perbatasan dan larangan bantuan selama dua bulan terakhir.
"Penjajah Israel telah memberlakukan pengepungan yang sangat ketat dan menutup semua perbatasan selama lebih dari dua bulan," ungkap Thawabteh.
Menurutnya, Israel terus mencegah masuknya bantuan kemanusiaan yang krusial, sehingga Gaza kini berada di ambang kelaparan ekstrem. Thawabteh menyebut kondisi ini sebagai salah satu kasus kelaparan sistematis yang paling mengerikan dalam sejarah dunia modern.
Dia menegaskan bahwa Israel harus bertanggung jawab penuh atas bencana kemanusiaan ini, karena telah menjadikan makanan, obat-obatan, dan air sebagai senjata terhadap lebih dari 2,4 juta warga sipil.
Thawabteh juga menyerukan intervensi internasional yang segera dan tegas agar bantuan kemanusiaan bisa segera diterima oleh warga Gaza, menyelamatkan nyawa yang tersisa sebelum terlambat.(da*)