![]() |
Demonstrasi besar-besaran menentang kebijakan Donald Trump dan Elon Musk pecah di penjuru AS, Sabtu (5/4/2025). |
RAKYATTERKINI.COM – Gelombang aksi protes besar melanda berbagai wilayah di Amerika Serikat (AS) pada Sabtu (5/4/2025), menyusul keputusan Presiden Donald Trump yang memberlakukan tarif impor baru.
Kebijakan tersebut menetapkan tarif balasan (resiprokal) untuk sejumlah negara, dengan kisaran antara 10 hingga 50 persen, mulai berlaku pada 5 dan 9 April.
Keputusan itu berdampak langsung pada melonjaknya harga barang-barang impor di pasar domestik AS, yang memicu kemarahan publik.
Ratusan ribu warga dari berbagai kota serempak turun ke jalan untuk menyuarakan penolakan. Tak hanya mengkritik kebijakan tarif, massa juga meluapkan kemarahan terhadap Elon Musk, yang kini menjabat sebagai penasihat utama Presiden dan kepala Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE). Musk dinilai sebagai aktor utama di balik berbagai keputusan kontroversial, termasuk pemutusan hubungan kerja massal di berbagai lembaga pemerintah.
Aksi ini diselenggarakan oleh gerakan 50501, dengan target pelaksanaan di 50 negara bagian, melibatkan 50 titik aksi, dalam satu gerakan nasional. Demonstrasi terjadi di hampir 1.000 lokasi, termasuk kota-kota besar seperti Washington DC, New York, dan Boston.
Berbagai poster dan spanduk dibawa para peserta unjuk rasa, seperti: *"Tidak Ada Tempat untuk Fasisme di Sini"*, *"Amerika Bukan Kerajaan"*, dan *"Jangan Rusak Demokrasi Kami"*. Tak sedikit pula yang menyoroti Musk secara langsung dengan tulisan seperti *"Siapa yang Memilih Elon Musk?"* dan *"Tidak Ada Raja, Tidak Ada Diktator, Tidak Ada Fasis, Tidak Ada Muskrat."*
Kelompok 50501 menyampaikan dalam pernyataannya bahwa saat ini adalah waktu yang krusial untuk bertindak. “Jika kita diam sekarang, takkan ada lagi yang bisa diselamatkan,” demikian bunyi seruan mereka.
Tak hanya soal tarif, para demonstran juga menolak kebijakan lain dari pemerintahan Trump, seperti pemangkasan jaminan sosial, perubahan dalam program Medicare, isu pendidikan, serta memburuknya hubungan dengan sekutu internasional.
Beberapa spanduk menyuarakan penolakan terhadap keterlibatan AS di negara lain, seperti Ukraina, Sudan, Palestina, Republik Demokratik Kongo (DRC), dan Haiti.
Dalam orasinya di Washington DC, seorang peserta aksi bernama Jamie Raskin mengecam rencana Trump yang disebut-sebut ingin memperluas wilayah dengan merebut Kanada, Greenland, dan Panama. Ia juga memprotes tindakan pelarangan media tertentu masuk ke Gedung Putih hanya karena tidak menyetujui perubahan nama Teluk Meksiko menjadi "Teluk Amerika."
"Media bebas menyebutnya Teluk Meksiko, karena memang itu namanya," tegas Raskin.
Aksi ini merupakan yang keempat kali digelar oleh 50501, setelah sebelumnya mereka turun ke jalan pada 5 Februari, 17 Februari, dan 4 Maret. Menurut Kay Evert, salah satu tokoh gerakan, 50501 awalnya terbentuk di forum daring Reddit dan kini mendapat dukungan luas dari berbagai kelompok aktivis. (da*)