Notification

×

Iklan

Penyintas Covid-19, 'Sedih Melihat Orang Tanpa Masker'

Jumat, 24 September 2021 | 10:17 WIB Last Updated 2021-09-24T03:17:53Z

Ilustrasi. (kpc pen)

Padang, Rakyatterkini.com - 'Sedih saya melihat, masih banyak orang yang kumpul-kumpul di kafe atau berkerumunan, tanpa memakai masker', ujar Yuang Ikie, penyitas Covid-19.


Ia bersama istri, berhasil memenangkan 'perang' melawan virus yang ditakuti itu. Yuang dinyatakan sembuh pada Agustus. Rasa bahagia bergelayut dibenaknya. Kini ia bersama istrinya sudah sembuh dan kembali beraktivitas seperti biasa.


Beruntung, kedua anaknya tidak terpapar Covid-19. Hanya saya, adik iparnya juga dinyatakan positif Corona, ucap Yuang.


Virus itu pertama kali 'menghingapi' tubuh istrinya. Kala itu, ia tidak mengetahui dari mana ia terpapar virus itu. Namun, hanya ia merasakan demam dan batuk-batuk.


Setelah dilakukan pemeriksaan, hasil swabnya keluar dan dinyatakan positif Covid-19. "Saya langsung swab hari itu juga dan dinyatakan positif. Alhamdullilah kedua buah hati kami, tidak terpapar, "ujar Yuang.


Yuang dan istri hanya mengalami gejala ringan, batuk dan badan rasanya biasa saja. Tapi sebelum pengumuman positif keluar, sempat merasakan tidak enak badan, kepala terasa berat dan nafsu makan berkurang, seperti mau demam.


"Alhamdulillah ketika dikonfirmasi positif dan dicek ke rumah sakit. Kami berdua dibolehkan isolasi mandiri di rumah. Sebab tidak ada gejala berat. Saya diberikan vitamin dan obat-obatan termasuk obat batuk, "ucap jurnalis senior itu.


Dinyatakan positif Covid-19, Yuang dan istri tidak bisa berbuat banyak, dan kedua buah hatinya tetap bersama mereka, namun menerapkan protokol kesehatan yang ketat.


Selama isolasi saya menjalani hari-hari seperti biasa. Berusaha berpikir positif dan tetap berdaya dengan apa yang saya bisa. Saya tetap menulis dan bekerja seperti biasa.


Selama isolasi suami-istri itu mengonsumsi makanan bergizi seperti biasanya. Ditambah dengan buah-buahan dan vitamin.


"Saya berusaha tetap semangat dan sehat. Yakni dengan berolahraga ringan rutin. Hal yang mustahil rasanya saya lakukan sebelum kena Covid-19. Sampai hari ini saya masih menjalani aktivitas tersebut, karena membuat badan jadi bugar, "ucap pemimpin umum media online di Sumatera Barat itu.


Dibalik musibah ada hikmahnya. Selama isolasi mandiri 12 hari, ia banyak refleksi. Diantaranya soal pentingnya modal sosial dalam merespon ada di sekitar kita kena positif.


Menurutnya, Covid-19 bukanlah aib dan dosa. Sebab, faktor paling besar mempengaruhi memang psikologis, terutama bukan hanya pasien sendiri tetapi juga keluarganya. 


Diakuinya, ada yang tidak seberuntung dirinya. Seperti kurangnya dukungan dan stigma dari sekitar. Yang seolah menderita Covid-19 adalah kesalahan pribadi. Kemudian 'dihakimi' karena seolah tidak taat protokol kesehatan atau dijauhi karena takut berlebihan dari sekitar. Padahal tidak ada satupun orang yang ingin terkena Covid-19.


Itu bagian dari tanggung ajwab moral kita membantu memutus mata rantai nya di tengah masyarakat. Sebab, ia sampai sekarang tidak mengetahui dari mana atau dari kontak erat dengan siapa, sehingga ia terpapar Covid.


"Kesehatan fisik dan mental adalah kunci utama. Jangan abai, masih banyak dijalanan tidak pakai masker dan kumpul-kumpul di cafe atau makan-makan sehingga abai dengan protokol kesehatan. Seperti menjaga jarak, pakai masker dan mencuci tangan dengan sabun/handsanitizer." (gp)



IKLAN



×
Berita Terbaru Update