Notification

×

Iklan

Pandemi Covid Makin Tinggi, Guru itu tak Gentar Mengajar

Kamis, 20 Mei 2021 | 10:52 WIB Last Updated 2021-05-20T03:52:53Z

Ilustrasi.


Padang, Rakyatterkini.com - Guru SMK itu meracak (mengendarai) sepeda motornya. Dengan cekatan, sepeda motornya melaju menuju tempat ia mengajar.


Pagi itu, tidak ada rasa gentar dan takut, baginya, meskipun pandemi Covid-19 masih tinggi penyebarannya di Sumatara Barat dan Padang khususnya. Mencerdaskan anak bangsa, merupakan sebuah keharusan, demi kelangsungan negara republik ini.


"Pagi-pagi saya sudah berangkat, dan baru pulang sorenya, "ujar Fifi, guru di salah satu SMK di Kota Padang itu.


Sudah hampir setahun, pahlawan tanpa tanda jasa itu tidak ketemu sama anak-anak didiknya, sebab selama pandemi Covid-19 merebak pembelajaran hanya dilakukan melalui daring (online) dengan menggunakan jaringan internet. 


Dalam pembelajaran daring itu timbul permasalahan. Tidak semua siswa mempunyai handphone android. Siswa juga tidak sanggup membeli paket internet, sebab pembelajaran daring dengan menggunakan aplikasi itu membutuhkan banyak paket internet.


Begitu pula dengan mengunakan zoom, juga membutuhkan paket internet dengan kuota tinggi. Selain itu, guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun siswa berada di rumah. 


Solusinya, guru dituntut dapat mendesain media pembelajaran sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring (online).


Dilihat dari kejadian, baik siswa maupun orangtua siswa yang tidak memiliki handphone untuk menunjang kegiatan pembelajaran daring ini merasa kebingungan, sehingga pihak sekolah ikut mencari solusi untuk mengantisipasi hal tersebut.


Solusinya, siswa yang tidak memiliki android melakukan pembelajaran secara berkelompok, sehingga mereka melakukan aktivitas pembelajaran pun bersama. Kemudian, tugas yang diberikan diantarkan sekali seminggu ke sekolah.


Bagi siswa yang mengunakan android orangtuanya, juga mengalami kesulitan. Bagaimana cara mereka mendapatkan kuota, sedangkan orangtua mereka yang berpenghasilan rendah atau dari kalangan menengah ke bawah (kurang mampu).


Ini menjadi permasalahan (kendala) dalam belajar jarak jauh tersebut. Hingga akhirnya orangtua siswa bersitungkin mencari uang, untuk membeli paket internet agar anaknya tetap mengikuti pembelajaran daring.


Setelah beberapa bulan berjalan, proses belajar dan mengajar dialihkan kembali ke sekolah (tatap muka), namun tetap mematuhi protokol kesehatan (prokes).


Kebiasaan bersalaman dengan guru, ditiadakan dan selalu menjaga jarak, memakai masker dan mencuci tangan dengan sabun. Begitu juga jumlah siswa, juga dibatasi. Bila biasanya, satu ruangan dengan 30 siswa, kini dibagi dua.


"Ini untuk mengatasi penyebaran Covid-19 dan kini anak-anak dibagi masuk ruangan, "ujar Fifi. (gp)



IKLAN



×
Berita Terbaru Update